Selasa, 22 Agustus 2017

Talim Lughotul Arobiyah

BAHASA ARAB
A.  .

B.  Pembagian Huruf
1.      H. Mabany (yg digunakan utk menyusun suatu kata / huruf  hijaiyyah)
a.       Illat (ا, ي, و)
b.      Shohih (Selain huruf illat)
2.      H. Ma’any (yg telah mempunyai makna)
a.       Jer (huruf yg mmbuat kata setelahnya menjadi berharkat kasroh)
Liat macam2 huruf jer
b.      Athof (Huruf yang digunakan untuk menghubungkan 1 kata dg kata yg lain)
و = Dan, ثم = Kemudian, او = Atau
Note :
·         Huruf  : (BI) = A, B, C, D dst
  (BA) = ا, ب, ت dst
·         Kata : BI = Saya, Makan, Roti (Susunan dr beberapa huruf)
           BA = انا, اكل, الحبز (Susunan dari beberapa huruf hijaiyyah) “(Kata = كلمة)”
·         Kalimat : BI = Saya makan roti (Susunan dari beberapa kata)
                BA = انا اكل الحبز (Kalimat = كلم, كلم, قول “Kalam / Kalim / Qaul”)

C.  Pembagian Kalimah (Aqsamul kalimah)
Kalimah = Kata, terbagi 3 :
1.      Isim / Kata Benda (Kata yg menunjukan suatu makna dimana kata tsb tdk terikat oleh waktu).
Caranya : dengan mengetahui ARTINYA / CIRINYA
2.      Fiil / Kata Kerja (Kata yg menunjukan suatu makna dimana kata tsb terikat oleh waktu).
3.      Huruf / Kata Tugas (Kata yg tdk mmpunyai makna yg sempurna kecuali setelah bersambung dg kata yg lain), yg termasuk huruf dlm Kalimah adalah Huruf Ma’any.

D.  Ciri-ciri Isim
Ø Arti Isim : Kata benda, Tempat, Waktu, Sifat
Ø Ciri-ciri Isim :
1.      Tanwin (Harkat akhirnya Tanwin) “bila tanpa alif lam”
2.      Khofad (Harkat akhirnya Kasroh)
3.      Alif lam (bila diawali alif lam) “bila tanpa tanwin”
4.      Huruf Jer (bila diawali huruf jer) Liat macam2 huruf jer
5.      Huruf Qosam (sumpah)
6.      Dimasuki مَ = مَكْتَبٌ (Isim Makan/Zaman “Tempat/Waktu”)
              مِ = مِرْوَحٌ (Isim Alat)
              مُ  = مُسْلِمٌ ()

E.  Ciri-ciri Fi’il
1.      قد (diawali)
2.      س = akan (diawali)
3.      سوف = kelak (diawali)
4.      Ta ta’nits تْ (diakhir kata) “Ta sukun yg digunakan utk perempuan”

F.   I’RAB
ð  Perubahan pada setiap akhir kata
Macam-macam I’rab :
1.      Rofa’ (Dhommah)
2.      Nasob (Fathah)
3.      Jer (Kasroh)
4.      Jazm (Sukun)
I’rab Isim : Rofa (المسجدُ - مسجدٌ), Nasob (المسجدَ – مسجدً), Jer (المسجدِ - مسجدٍ)
I’rab Fi’il : Rofa (), Nasob (), Jazm ()
G.  

Sabtu, 02 Januari 2010

KeL 5

Pengertian Paragraf atau Alinea

Alinea ialah seperangkat kalimat yang mengandung sekelompok ide yang saling berkaitan dan bernaung di bawah satu ide pokok.

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Topik paragraf adalah pikiran utama didalam sebuah paragraf. Atau Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiyah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. (komunitas dan perpustakaan online indonesia/organisasi.org/pengertian_paragraf_alinea_dan_bagian_dari_paragraf_bahasa_indonesia).

Syarat sebuah paragraf
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

Tanda Paragraf
Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama agak menjorok ke dalam.

Macam-macam paragraf
Paragraf dibagi menjadi dua yaitu :
1. Paragraf Deduktif
Paragraf yang meletakkan topik kalimat pada awal paragraf.
2. Paragraf Induktif
Paragaraf yang meletakkan topik kalimat pada akhir kalimat.

Suatu hal yang harus ditekankan disini adalah bahwa kalimat topik itu harus yang ideal, bukan kaimat topik yang membinggungkan.
Kalimat topik yang ideal adalah kalimat topik yang jelas maksudnya dan dapat dipahami oleh pembaca. Dan pembaca tersebut tidak harus berfikir lama-lama apa yang disampaikan oleh penulis.

Contoh kata yang membingungkan :
Sistem pondasi cakar ayam p[enemuan al-marhum Prof. sedyamanto yang terkenal akhir-akhir ini di kalangan internasional, terutama di negara Asean karena dipakai untuk membangun berbagai struktur diatas tanah lembek.

Seharusnya :
Sistem fondasi cakar ayam dipakai untuk mebengun berbagai struktur diatas tanah lembek.

Pengembangan Paragraf
Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik.

Teknik Pengembangan Paragraf
Teknik pengembangan paragraf itu secara garis besarnya, ada dua macam. Pertama, dengan menggunakan"ilustrasi", Kedua dengan cara "analisis". Apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logis sehingga pernya taan tadi dapat menyakinkan pembaca.
dalam praktik, kedua teknik diatas dapat dirinci lagi dengan beberapa cara, di antaranya (a). dengan memberikan contoh, (b) dengan menampilkan Fakta-fakta (c) dengan memberikan alasan-alasan, (d) dengan bercerita.

Pembagian paragraf menurut teknik pemaparannya

menurut teknik pemaparannya ada empat yaitu :
a. deskriptif
disebut juga dengan paragraf lukisan atau melukiskan (lukisan).
b. ekspositoris
disebut juga paragraf paparan. paragraf ini menampilkan suatu objek.
c. argumentatif
sebenarnya dapat dimasukkan kedalam ekspositoris. paragraf argumentatif disebut juga persuasi. paragraf ini bersifat membujuk atau menyakinkan pembaca, terhadap suatu hal atau objek.
d. narasi
biasanya dihubung-hubungkankan dengan cerita. oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasinya hanya ditemukan dalam novel, cerpen atau hikayat

KeL 2

SELUK BELUK KALIMAT

I. Pengertian kalimat
kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik. Pendapat ini jelas melihat kalimat sebagai satuan bahasa ragam lisan. Dalam bahasa tulisan, jeda panjang itu diungkapkan dengan tanda baca
Adapun penjelasn kalimat pada umumnya adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan,yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Kalimat dalam bahasa Indonesia ada dua macam,yaitu:
a. Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja;dan
b. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.
Sebuah kata kerja dalam sebuah kalimat tidak dapat menduduki status predikat kalau di depan kata kerja itu terdapat partikel yang , untuk, dan sebangsa dengan itu. Contohnya: Singa yang menerkam kambing itu.
Pertemuan untuk memilih ketua baru.

Kalau dalam suatu pernyataan tidak terdapat kata kerja,kata yang dapat kita cadangkan sebagai predikat ialah kata sifat. Di samping itu,kata bilangan dan kata benda pun dapat di jadikan sebagai predikat. Predikat itu dapat pula berupa frasa depan.
Bagaimana halnya dengan objek? Unsur objek dalam kalimat hanya ditemukan dalam kalimat yang berpredikat kata kerja. Namun, tidak semua kalimat yang berpredikat kata kerja harus mempunyai objek. Objek itu hanya muncul pada kalimat yang berpredikat kata kerja transitif. Objek tidak dapat mendahului predikat karena predikat dan objek merupakan suatu kesatuan.
Jika dilihat dari segi makna kalimat, objek merupakan unsur yang harus hadir setelah predikat yang berupa verba transitif.
Andaikata suatu kalimat sudah mengandung kelengkapan makna dengan hanya memiliki subjek dan predikat yang berupa verba transitif, objek tidak diperlukan lagi. Seperti kalimat di bawah ini:
Penanaman modal asing berkembang
s p
II. Pola kalimat dasar

Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + Kbil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.

III. Jenis-jenis Kalimat
1.3 Jenis Kalimat menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa bahasa indonesia dapat berupa kalimat tunggal dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersipat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif ), ataupun campuran (koordinatuf-subordinatif ).
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdira atas satu subjek dan satu predikat.
Contoh : Mahasiswa berdiskusi
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah
Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.

Tidak tertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih.
Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
1. keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik itu, dan sekeliling kota;
2. keterangan waktu, seperti setiap hari,
pada pukul 19.00, tahun depan kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini;
3. keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek;
4. keterangan modalitas, seperti harus, barangkali, seyogyanya, sesungguhnya, dan sepatutnya;
5. keterangan cara, seperti dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
6. keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
8. keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
9. frasa yang, seperti mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya;
10. keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau

b. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih

c. Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas
kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain.
Contoh : Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
d. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai

2.3 Jenis Kalimat menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya)
Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, jugagaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupunkalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat
itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan,
kalimat itu sudah bermakna lengkap. Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
b. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.

c. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat majemuk. Adapun kalimat pada
umumnya dapat divariasikan menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif-pasif, inversi, dan pengedepanan keterangan.
3.3. Jenis Kalimat menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.
a. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kotakota besar.

b. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
2. Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
1. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
2. Mengapa tidak semua fakir miskin di negara kita dapat dijamin penghidupannya oleh nefara?
c. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
1. Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang mampu.
d. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1. Bukan main, cantiknya.
2. Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
1. Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
2. Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di Bangkok tidak tercapai.

4.3. Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
a. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidak jelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
2. Tidak terdapat subjek yang ganda
Cotoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
3. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan mengubah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut.
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
b. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nominal, sebagai berikut.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
c. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
d. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan contoh:
a. Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
a. Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku
para tamu-tamu
beberapa orang-orang
Bentuk Baku
para tamu
beberapa orang

f. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
f. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.
Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang tela
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
g. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
1. Waktu dan tempat kami persilakan.
2. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5. Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1. Bapak Menteri kami persilakan.
2. Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
5. Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di
daerah tersebut.
5.3 Kalimat Salah dan Kalimat Benar

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
Bentuk yang Salah

1. Untuk mengetahui baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah
lakunya sehari-hari.
2. Semoga dimaklumi.
3. Pekerjaan itu dia tidak cocok.
4. Perkara yang diajukan ke meja hijau berjumlah 51 buah. Sedangkan perkara yang telah selesai disidang-kan berjumlah 23 buah.
5. Halamannya sangat luas, rumah paman saya di Cibubur.

Bentuk yang Benar

1. Baik atau buruknya pribadi seseorang dapatdilihat dari tingkah lakunya sehari-hari
2. Semoga Bapak dapat memakluminya.
3. Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok.
4. Perkara yang diajukan ke meja hijau
berjumlah 51 buah, sedangkan perkara yang telah selesai disidangkan berjumlah 23 buah.
5.Halaman rumah paman saya di Cibubur sangat luas

KeL 6

ANALISIS TEKS

A. Koreksi Kesalahan Ejaan
Di dalam kenyataan penggunaan bahasa, masih banyak kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya, antara lain ialah adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam ejaan sebelumnya yaitu tanda baca diartikan sebagai tanda bagaimana seharusnya membaca tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat perhentian sebentar (jeda) dan tanda tanya menandakan intonasi naik.
Di dalam konsep pengertian lama tanda baca berhubungan dengan bagaimana melisankan bahasa tulis, sedangkan dalam ejaan sekarang tanda baca berhubungan dengan bagaimana memahami tulisan (bagi pembaca) atau bagaimana memperjelas isi pikiran (bagi penulis) dalam ragam bahasa tulis. Jadi, bagi pembaca, tanda baca berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami jalan pemikiran penulis; sedangkan bagi penulis, tanda baca berfungsi untuk membantu menjelaskan jalan bagi penulis supaya tulisannya (karangannya) dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.
Beberapa kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan tanda baca, khususnya tanda koma.
1. Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat
Ada kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subyek dan predikat kalimat, jika nomina subjek mempunyai keterangan yang panjang. Penggunaan tanda koma itu tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda koma dari predikat, kecuali pasangan tanda koma yang mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Contoh : Rudi Hartono, yang pernah menjuarai All England delapan kali, menjadi pelatih PBSI.
Penggunaan tanda koma dalam contoh-contoh berikut tidak benar :
a. Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.
b. Kesediaan negara itu untuk membeli gas alam cair (LNG) Indonesia sebesar dua juta ton setiap tahun, tentu merupakan suatu penambahan baru yang tidak sedikit artinya dalam penerimaan devisa negara.

Unsur kalimat yang mendahului tanda koma dalam kedua contoh di atas adalah subyek, dan unsur kalimat yang mengiringi tanda koma itu (secara berturut-turut diharapkan, merupakan) adalah predikat. Oleh karena itu, penggunaan tanda koma itu tidak benar. Kedua kalimat itu dapat diperbaiki dengan menghilangkan tanda koma itu.
2. Tanda Koma di antara Keterangan dan Subyek
Selain subyek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga sering dipisahkan oleh tanda koma dari subyek kalimat. Padahal, meskipun panjang, keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu, pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar.
Contoh :
a. Dalam rangka peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, kita akan mengadakan sayembara mengarang tingkat SMTA.
b. Dengan kemenangan yang gemilang itu, pemain andalan kita dapat memboyong piala kembali ke Tanah Air.

Unsur kalimat yang mendahului tanda koma itu adalah keterangan yang bukan merupakan anak kalimat meskipun panjang. Oleh karena itu, tanda koma tersebut dihilangkan, kecuali jika penghilangan tanda koma itu akan menimbulkan ketidakjelasan batas antara keterangan dan subyek.
Contoh :
Dalam pemecahan masalah kenakalan anak kita memerlukan data dari berbagai pihak, antara lain dari pihak orangtua, sekolah, dan masyarakat tempat tinggalnya.

3. Tanda Koma di antara Predikat dan Objek
Objek yang berupa anak kalimat juga sering dipisahkan dengan tanda koma dari predikat. Pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar karena obyek tidak dipisahkan dengan tanda koma dari predikat.
Contoh :
a. Ibu tidak menceritakan, bagaimana si Kancil keluar dari sumur jebakan itu
b. Kami belum mengetahui, kapan penelitian itu akan membuahkan hasil.

Di antara obyek dan predikat tidak digunakan tanda koma, kecuali tanda koma yang mengapit keterangan yang berupa anak kalimat atau tanda koma yang memisahkan kutipan dari predikat induk kalimat.
Contoh :
a. Pejabat itu menegaskan, ketika menjawab pertanyaan wartawan, bahwa kenaikan harga sembilan bahan pokok akan ditekan serendah-rendahnya.
b. Seorang pedagang mengatakan, sambil melayani pelanggannya, bahwa naiknya harga barang-barang sudah dari agennya.

Penggunaan tanda koma tidak dibenarkan jika obyek kalimat itu bukan kutipan langsung, seperti dalam contoh berikut.
Contoh : Tokoh tiga zaman itu menegaskan, perkembangan teknologi melaju terlalu cepat dalam dua dasawarsa terakhir ini.

B. Koreksi Kesalahan Alinea
Pada karangan mahasiswa sering dijumpai alinea yang kurang baik. Di samping itu, banyak juga mahasiswa yang mengakui bahwa mereka mendapat kesulitan dalam mengungkapkan ide atau gagasannya.
Berikut prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam membuat alinea:
1. buatlah alinea yang mengandung satu ide pokok dengan penjelasan yang memadai.
2. jelaskanlah ide pokok tersebut dengan kalimat-kalimat efektif, dan pemilihan kata/istilah tepat, serta ejaan yangn benar.
3. memisahkan ide pokok yang berbeda, namun masih berkaitan erat dengan ide pokok pada alinea sebelumnya. Dan tuliskan ide pokok tersebut pada alinea berikutnya disertai dengan penjelasannya.
4. ide /gagasan tersebut harys nenggunakan perangkat kalimat yang padu, runtun, dan koheren.
5. perhatikan juga kesinambungan ide antara alinea dan kesinambungan ide dari alinea pertama sampai alinea terakhir.
6. tempatkan ide pokok pada awal atau bagian akhir alinea.
7. mengembangkan ide pokok dengan menggunakan salah satu metode sebagai berikut:
a. ide dikembangkan dengan mengemukakan pernyataan yang berupa fakta.
b. Ide dikembangkan dengan mengemukakan contoh.
c. Cara analogi dapat juga digunakan untuk mengembamgkan ide dalam linea.
d. Membandingkan dua ide bawahan denga mengemukakan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya.
e. Pola pikir induktif atau deduktif dapat juga digunakan dalam pengembangan ide dalam alinea.
f. Mengemukakan alasan suatu kejadian menuju pada akibat atau sebaliknya.
g. Penguraian suatu peristiwa secara kronologis.
h. Ide dikembangkan secara deskriptif tentang suatu keadaan.

Contoh Paragraf yang salah.
Sistem pondasi cakar ayam penemuan almarhum Prof. Sedyatmo yang terkenal akhir-akhir ini di kalangan Internasional, terutama di negara Asean karena dipakai untuk membagun berbagai struktur di atas tanah lembek.
Koreksi paragraf tersebut:
Sistem pondasi cakar ayam dipakai untuk membangun berbagai struktur di atas tanah lembek. Ini didasarkan atas penemuan almarhum Prof. Sedyatmo.

C. Koreksi Kesalahan Kalimat
1. Kesalahan kalimat
a. Kesalahan intrernal
Kesalahan internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur dalam kalimat. Kesalahan dari segi internal dapat dipilah menjadi beberapa tipe. Tipe pertama adalah kesalahan kandungan isi yang menyebabkan kalimat menjadi tidak logis sebagaimana tampak pada contoh berikut :
1. Dengan pemakaian pupuk urera pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian.
2. Kepada semua informan mendapatkan dua macam instrumen yaitu angket dan catatan kegiatan.

Kedua kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak logis. Untuk membuktikan itu dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi setiap kalimat itu.
Pada kalimat (1) jika dipertanyakan dengan kalimat Apa yang menyuburkan tanaman?, jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat itu. Barulah jawaban dapat ditemukan jika frasa dengan pemakaian dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi Pupuk Urea Pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian.
Pada kalimat (2) jika dipertanyakan dengan kalimat siapa yang mendapatkan dua macam instrumen? Maka jawaban tidak dapat dicari, jawaban terhadap kalimat itu baru dapat diarahkan ke semua informan jika kalimat di ubah menjadi Semua informan mendapatkan dua macam instumen, yaitu angket dan catatan kegiatan.
b. Kesalahan Eksternal
Kesalahan eksternal adalah kesalahan yang diukur dari unsur luar kalimat yang bersangkutan. Di sini kesalahan eksternal di ukur dari kalimat-kalimat lain yang menjadi konteks atau lingkungannya.
Contoh :
Proyek lembah Dieng terletak di dukuh Sumberejo, desa Kalisungo yang termasuk dalam daerah Kabupaten Malang. Daerah Malang yang sejuk terdiri dari pegunungan-pegunungan kecil.

Dua buah kalimat paragraf tersebut benar secara internal, tetapi salah secara eksternal, karena tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam paragraf.
2. Membetulkan kesalahan kalimat
ada beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat :
a. Kalimat tanpa subjek
Dalam menyusun sebuah kalimat, sering kali dengan kata depan atau preposisi, lalu verbanya menggunakan bentuk aktif atau berawalan me- baik dengan atau tanpa akhiran –kan. Dengan demikian dihasilkan kalimat-kalimat salah seperti di bawah ini.
1. Bagi yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.
2. Dengan beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan.

Untuk membetulkan kalimat di atas dapat dilakukan dengan
1. menghilangkan kata depan pada masing-masing kalimat tersebut, atau
2. mengubah verba pada kalimat tersebut, misalnya dari aktif menjadi pasif.
Jadi kemugkinan pembetulan kalimat di atas adalah :
1. Yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.
2. Beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan.

Dalam pembetulan kalimat di atas, maka subjeknya menjadi lebih jelas, yaitu berturut-turut adalah yang merasa kehilangan buku tersebut dan beredarnya koran masuk desa.
b. Kalimat dengan objek berkata depan
kesalahan pemakaian kata depan juga sering ditemui pada objek.
Sebagai contoh:
1. Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi soal ada tidaknya barang itu.
2. Dalam setiap kesempatan mereka tidak bosan-bosannya mendiskusikan tentang dampak positif pembuatan waduk itu.

Dua kalimat di atas dapat dibetulkan dengan menghilangkan kata depan mengenai pada kalimat (1) dan tentang pada kalimat (2).
Perlu dicatat bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa verba dan kata depan yang sudah merupakan paduan, misalnya:
Bertentangan dengan, bergantung pada, berbicara tentang, menyesal atas, keluar dari, sesuai dengan serupa dengan.

c. Konstruksi pemilik kata depan
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada konstruksi frasa : termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui adanya kecenderungan mengeksplisitkan hubungan antara termilik dengan pemilik dengan memakai kata depan dari atau daripada, misalnya :
Kebersihan lingungkungan adalah kebutuhan dari warga
Buku-buku daripada perpustakaan perlu ditambah.
Kontruksi frasa yang sejenis dengan kebutuhan dari warga dan buku-buku daripada perpustakaan ini sering kita dengar perlahan dalam pidato-pidato (umumnya tanpa teks), misalnya :
Biaya dari pembangunan jembatan ini; kenaikan daripada harga-harga barang elektronik.

Dalam karangan keilmuan konstruksi frasa yang tidak baku sepeti di atas hendaknya dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan “termilik” + pemilik bersifat implisit.
d.. Kalimat yang ‘pelaku’ dan verbanya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi verba yang menuntut hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya lebih dari satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan kalimat, kesalahan yang mungkin terjadi ialah yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun salah satu ‘pelakunya’ tidak tercantumkan.
Contoh :
1. Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan gencarnya.
2. Dalam seminar itu dia mendiskusikan perubahan social masyarakat pedesaan sampai berjam-jam
Dalam kalimat (1) verba berpukul-pukulan menuntut hadirnya dua pelaku, yaitu dia dan orang lain, misalnya Joni.
Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan Joni.
Demikian pula kalimat (2), di samping pelaku dia diperlukan hadirnya pelaku lain sebagai mitra diskusi, misalnya para pakar, sehingga kalimat (2) menjadi :
Dalam seminar itu, dia mendiskusikan perubahan social masyarakat pedesaan dengan para pakar.

e. Penempatan yang salah kata aspek pada kalimat pasif berpronomina
Menurut kaidah, konstruksi pasif berpronomina berpola aspek + pronomian + verba dasar. Jadi tempat kata aspek adalah di depan pronominal. Kesalahan yang sering terjadi adalah penempatan aspek diantara pronominal dengan verba atau dalam pola : “pronominal + aspek + verba dasar”. Contoh :
Saya sudah katakan bahwa…
Bentuk seperti contoh di atas dapat dibentulkan dengan memindahkan kata aspek ke depan pronominal menjadi :
sudah saya katakan bahwa…

f. Kesalahan pemakaian kata sarana
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana, kata sarana itu dapat berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya terdapat dalam satu frasa depan, dan kata penghubung pada umumnya terdapat pada kalimat mejemuk baik yang setara maupun yang bertingkat.
Kesalahan pemakaian kata depan umumnya terjadi pada pemakaian kata depan di, pada dan dalam, ketiga kata depan tersebut sering dikacaukan, misalnya :
Di saat istirahat penyuluh mendatangi para petani (pada saat)
Benih itu ditaburkan pada kolam yang baru (ke dalam)
Dalam tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI (di)
Adapun kesalahan pemakaian kata penghubung umumnya terjadi karena ketidaksesuaian antara pemakaian kata penghubung dan makna hubungan antar klausanya,
Rapat hari ini ditunda karena peserta tidak memenuhi kuorum
Rapat hari ini ditunda sebab perserta tidak memnuhi kuorum

D. Cara Membuat Ringkasan Teks
Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah dalam yang berlaku dalam menyusun ringkasan telah tertanam dalam benaknya. Meski demikian, tentulah perlu diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam membuat ringkasan teks terutama bagi mereka yang baru mulai atau belum pernah membuatan ringkasan. Berikut ini bebrapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur :
1. Membaca naskah asli
Bacalah naskah asli agar dapat mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh.
2. Mencatat gagasan utama
3. mengadakan reproduksi
yaitu urutan isi disesuaikan dengan naskah asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya.
Selain melakukan tiga hal diatas, juga terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan juga agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
a) Menyusun kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
b) Meringkas kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Dan mengganti rangkaian gagasan yang panjang menjadi gagasan yang sentral.
c) Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada.
d) Mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah.
e) Menentukan panjang ringkasan.
Yaitu dengan cara menghitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu dan bagilah dengan seratus. Hasil pembagian itulah merupakan panjang karangan yangn harus ditulisnya.
Contoh ringkasan teks.
Teks 1.
Sarana angkutan dari jauh-jauh hari sudah dipersiapkan. Angkutan
bus betul-betul menjadi tulang punggung di saat-saat seperti ini karena
lebih dari separuh calon pemudik diperkirakan akan terangkut oleh bus.
Sementara hanya 1/3 dari seluruh pemudik dari Jakarta dan sekitarnya
diperkirakan menggunakan jasa KA

teks diatas dapat dirigkas menjadi.

Sarana angkutan dari jauh-jauh hari sudah dipersiapkan. Angkutan bus betul-betul
menjadi tulang punggung di saat-saat seperti ini karena lebih dari separuh calon pemudik
diperkirakan akan terangkut oleh bus. Sementara hanya 1/3 dari seluruh pemudik dari Jakarta .

KeL 4

A. Pengertian Tentang Kata

Kata adalah apa yang kita ucapkan atau kita dengar. Kalau kita mendengar/membaca suatu kata, dalam benak kita timbul gambaran. Bagi kita gambaran itu merupakan makna kata tersebut.
Definisi kata yang dikemukakan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. (Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa : 395). Contoh : Hubungan antara kata durian dengan maknanya dapat digambarkan sebagai buah yang berduri-duri yang isinya enak dimakan = referensi.
Kata merupakan bentuk istilah yang dapat berdiri sendiri sebagai unsur kalimat yang terdiri atas bentuk dasar, bentuk akar, gabungan bentuk dasar atau akar, dan bentuk berimbuhan atau gabungannya. Bila ditinjau dari sudut ortografi, kata adalah merupakan bentuk istilah yang ejaannya di teks diapit oleh spasi.
Di samping iu, kata adalah merupakan susunan beberapa huruf yang sedemikian rupa sehingga mengandung arti atau makna.
Kata merupakan lambang objek, pengertian, atau konsep. Hubungan antara suatu kata sebagai lambang dengan objek, konsep atau makna yang didukungnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar yang ditimbulkan oleh kata tersebut (Referensi)



Kata (simbol) Benda/ Konsep yang didukung



B. Makna Kata (Semantik)

Kata adalah salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting dengan kata-kata kita berpikir, menyatakan perasaan serta gagasan dengan kata-kata orang menjalin persahabatan, dua bangsa melakukan perjanjian perdamaian dan kerjasama. Tapi sebaliknya dengan kata-kata pula mungkin suatu pertengkaran bahkan peperangan dimulai. Sedangkan semantik adalah ilmu bahasa yang mengupas arti dan makna kata.
Jika di dalam bahasa setiap kata hanya melambangkan tepat satu objek atau konsep akan berkuranglah kesulitan komunikasi antara anggota suatu masyarakat. Kenyataan tidak demikian, hubungan antara kata dengan maknanya sering menjadi rumit. Ada beberapa kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip, seperti kata-kata: hasil, produksi, prestasi, wajah, muka, kabar, berita, warta, buku, kitab,dan sebagainya.
Perlu dikemukakan bahwa referensi pada individu-individu mungkin berbeda, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Kaidah makna mengacu kepada persyaratan ketetapan pemilihan kata sebagai lambang objek, pengertian atau konsep.
Makna kata (semantik) dibagi kedalam beberapa golongan:
1) Makna kata menurut nilai rasa digolongkan menjadi:
a. kata dengan nilai rasa netral (tidak bermuatan sopan/kasar,baik/tidak baik, sopan/tidak sopan).
Contoh: akhlak
b. Kata dengan nilai rasa positif (bermuatan halus/sopan)
Contoh: tunasusila, pramuwisma, wanita.
c. Kata dengan nilai rasa negatif (kasar, tidak baik, tidak sopan)
Contoh: dibantai, cabul, aib.
2) Makna kata menurut jenisnya digolongkan menjadi:
a. Leksikal, makna kata berasalkan arti yang terdapat dalam kamus.
Contoh: cangkul = alat pembajak tradisional yang digunakan petani.
b. Dramatikal, makna yang terbentuk oleh kedudukan dan fungsi kata dalam kalimat.
Contoh: Ia akan pergi besok (besok = menyatakan waktu).
c. Denotatif, makna kata yang sesuai dengan arti kata itu sendiri.
Contoh: Kata hijau menyatakan warna.
Kata menyuapi menyatakan arti memasukan makanan lewat mulut.
d.Konotatif, kata dalam sebuah kalimat (maknanya) apabila tidak mengungkapkan makna sebenarnya yang mengacu pada kekhasan/mengandung tambahan nilai rasa.
Contoh: Kata bulan dalam ungkapan kejatuhan bulan menjadi bulan, berbulan madu, bulan muda, arti konotatif makna yang tak sebenarnya.
Hidup dibalik jeruji besi makna dipenjara.
e. Idiomatis, idiom maknanya tidak dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya.
Contoh:
Ringan tangan (suka memukul)
Meja hijau (pengadilan)
Besar kepala (sombong)
Tangan besar (berkuasa)
3) Makna kata menurut perubahan makna digolongkan menjadi:
a.Amelioratif, makna dirasakan lebih tinggi/lebih baik dari sebelumnya.
Contoh: Wanita (dahulu lebih baik perempuan).
Istri (dahulu lebih banya menggunakan bini).
b. Peyoratif, makna kurang baik dari sebelumnya .
Contoh: Grombolan, sindikat.
c. Meluas, makna lebih luas dari makna kata itu sebenarnya dan lebih luas dari arti kata itu sendiri.
Contoh: Ibu, bapak (makna kata hanya orang tua tapi jua orang yang lebih tua/atasan).
d. Menyempit, makna lebih sempit dari makna kata itu pada waktu sebelumnya
Contoh: Pendeta, sarjana.
e. Asosiasi, makna muncul karena sifatnya yang sama.
Contoh: Amplop, pelicin.
f. Sintesia, makna muncul karena pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda.
Contoh: Matanya mencium gelagat yag aneh.
Rayuannya manis terasa.
4) Makna kata berdasarkan hubungan makna dengan bentuk, dapat digolongkan menjadi:
a. Sinonim, makna hampir sama.
Contoh: Intropeksi (mawas diri).
Egois (mementingkan diri sendiri).
b. Antonim, makna berlawanan.
Contoh: Baik >< buruk.
Untung >< rugi.
c. Homonim, bentuk dan ucapannya sama.
Contoh: Pasang = taruhan, naiknya arus laut.
Bunga = jenis tumbuhan, imbalan/jasa yang diberiakn atas simpan pinjam.
d. Homograf, pengucapan sama, makna berbeda, dilafalkan berlainan.
Contoh: Tahu = mengetahui/jenis makanan.
Seri = babak, imbang.
e. Homofon, pengucapan sama, arti dan tulisan berbeda.
Contoh: Bank-bang.
Tang-tank.
f. Hiponim, kata yang sejenis, maknanya dapat dicakup oleh yang menjadi subordinatnya.
g. Polisemi, kata yang dirangkai dengan kata yang lainnya akan tetap memiliki satu alur.
Contoh: Puncak prestasi, puncak bukit, puncak peristiwa.

C. Diksi atau Pemilihan Kata yang Tepat
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan, terutama melalui tulisan, merupakan suatu pekerjaan yang cukup sulit. Hemingway seorang novelis bangsa Amerika bahkan menganggapnya sebagai bagian tersulit dalam proses penulisan, berhati-hatilah dalam memilih kata-kata yang akan dipergunakan dalam tulisan.
Dalam memilih kata-kata ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan ketepatan dan kesesuaian. Tepat artinya kata-kata yang dipilih dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan.
Untuk memenuhi persyaratan ketepatan dan kesesuaian di dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan:

a)Kaidah makna,
b)Kaidah kalimat,
c)Kaidah sosial, dan
d)Kaidah karang-mengarang.
Dengan kata lain, agar dapat memilih kata dengan tepat, pertimbangkan dengan cermat apa gagasan yang ingin kita kemukakan, kepada siapa, dimana, dengan tujuan apa, dalam situasi bagaimana, dan dalam rangka apa.
Dalam penulisan, yang perlu diperhatikan adalah konotasi sosial, agar dapat mengatakan gagasannya dengan tepat, seorang penulis harus tepat memilih kata dengan konotasi yang tepat.
Pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting, karena pilihan kata ynag tidak tepat dapat menimbulkan gangguan komunikasi terhadap pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, masalah pemilihan kata dalam penulisan harus benar-benar diperhatikan. Dalam hal ini kata yang tepat harus memenuhi syarat kebakuan, kelaziman, dan kecermatan, yang masing-masing akan dibicarakan di bawah ini:

1. Kata yang Baku
Pemakaian kata-kata yang belum diakui kebakuannya harus dihindari, misalnya kasih, bikin, cuma, ngalamar, dan nggak. Bentuk baku untuk kata-kata itu adalah memberi, membuat, hanya, melamar, dan tidak.
2. Kata yang lazim
Kata yang lazim adalah kata yang sudah biasa digunakan dalam komunikasi secara tertulis maupun lisan. Kata yang lazim juga berarti kata yang sudah dikenal oleh masyarakat dan maknanya pun sudah diketahui secara umum. Dengan demikian, pemakaian kata yang sudah lazim dapat mempermudah pemahaman pembaca terhadap informasi yang disampaikan secara tertulis.
Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa kata-kata yang pemakaiannya belum lazim hendaknya dihindari karena hal itu dapat mengganggu kelancaran kamunikasi. Di samping itu, kata-kata arkais dan kata-kata asing yang tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia sebaiknya juga dihindari.
3. Kata yang Cermat
Kecermatan dalam pemilihan kata menyangkut kemampuan seseorang memilih sebuah kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sesuai dengan maksud yang dikehendaki. Untuk itu, seseorang mampu membedakan secara cermat kata-kata yang bersinonim, maupun mengetahui kata-kata yang bermakna denotatif dan konotatif, serta mampu memahami kata-kata mubazir yang perlu dihindari.
Dengan kemampuan membedakan nuansa makna kata-kata yang bersinonim, seseorang dapat memilih kata yang akan digunakan secara tepat. Kata melihat, menyaksikan, dan menonton, misalnya, atau kata seluruh, segala, dan semua merupakan kata yang bersinonim. Diantara kata-kata itu kita dapat memilih yang paling tepat sesuai dengan nuansa makna yang dikehendaki.
Dengan pengetahuan mengenai makna denotatif dan konotatif, kita dapat memilih kata secara tepat sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Sementara itu, dengan memahami kata-kata yang mubazir, kita dapat menghindari pemakaiannya karena di samping tidak menghemat tempat, pemakaian kata yang mubazir juga tidak ada gunanya. Beberapa kata yang dianggap mubazir sering muncul karena pemakaian kata yang bersinonim secara bersama-sama, misalnya kata sangat dan sekali atau adalah dan merupakan. Kata-kata semacam itu sebenarnya bersinonim.Oleh karena itu, agar lebih efektif, sebaiknya salah satu saja yag digunakan.
4. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik ialah instruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik ialah kata yang mempunyai sifat yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.
Contoh :
Menteri Dalam Negeri bertemu Presiden Gue Dur. (salah)
Menteri Dalam Negeri bertemu dengan Presiden Gus Dur (benar)
Unsur-unsur dalam ungkapan idiomatik sudah tetap dan senyawa. Oleh karena itu, unsur-unsur tersebut tidak boleh ditambahi, dikurangi, atau dipertukarkan.
Yang termasuk ungkapan idiomatik itu, antara lain:
sesuai dengan,
bertemu dengan,
berhubung dengan,
sehubungan dengan,
bertalian dengan,
bersamaan dengan,
sejalan dengan,
seirama dengan,
tidak ubahnya seperti,
berbicara tentang,
berdiskusi tentang,
bermusyawarah tentang,
berkenaan dengan,
disediakan untuk,
terbuat dari,
terdiri atas,
tidak berbeda dengan, dan
disebabkan oleh.
5. Ungkapan Penghubung
Ungkapan penghubung dalam bahasa Indonesia ada dua, yaitu ungkapan penghubung intrakalimat dan ungkapan penghubung antarkalimat. Ungkapan penghubung intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur-unsur dalam suatu kalimat. Yang termasuk ungkapan penghubung intrakalimat, antara lain:
1.baik…maupun
Pasangan baik adalah maupun, bukan ataupun, dan bukan pula atau.
Contoh:
Dalam rapat itu akan dibicarakan berbagai masalah, baik yang menyangkut konsolidasi ke dalam maupun yang menyangkut koordinasi ke luar.
2. antara…dan
Pasangan antara adalah dan, bukan dengan.
Contoh:
Saya harap saudara menjelaskan dahulu bagaimana perbandingan produksi tahun lalu, antara produksi pabrik A dan produksi pabrik B.
3. seperti dan misalnya
Ungkapan seperti merujuk kepada uraian selanjutnya, sedangkan misalnya merujuk kepada uraian sebelumnya. Dalam hal seperti ini tidak dapat dipertukarkan.
Contoh: Kami mohon dikirimi bahan-bahan bangunan, seperti semen, bata merah, pasir, dan kayu.
Penempatan tenaga baru, misalnya, termasuk masalah utama yang akan dibicarakan dalam rapat tersebut.
4. demikian dan sebagai berikut
Ungkapan demikian merujuk ke dalam uraian sebelumnya, sedangkan ungkapan sebagai berikut merujuk ke dalam uraian selanjutnya.
Contoh:
Yang harus saudara siapkan adalah hal-hal sebagai berikut
Gambar bangunan yang direncanakan
Denah tanah yang akan digunakan
Rincian biaya yang diperlukan
6. Ungkapan Bersinonim
Bagian ini sangat erat dengan bagian 3 tentang kata yang cermat. Di sini dilengkapi dengan contoh pemakaian yang salah (tidak baku) dan contoh pemakaian yang benar (baku). Ungkapan-ungkapan yang bersinonim berikut tidak digunakan sekaligus karena penggunaan dua kata yang berarti sama merupakan penulisan yang mubazir.
Contoh:
sejak dan dari (tidak digunakan dalam satu kalimat)
adalah dan merupakan (tidak digunakan sekaligus)
demi dan untuk (tidak digunakan sekaligus)
seperti dan lain sebagainya (tidak digunakan sekaligus)
antara lain dan lain-lain (tidak digunakan sekaligus)
7. Kata-kata yang Bermiripan
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang bermiripan, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna. Bahkan, dari segi makna boleh dikatakan bahwa kata-kata tersebut bersinonim. Yang termasuk kata-kata bermiripan antara lain:
a)Kata suatu dan sesuatu
Kata suatu dan sesuatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata denda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
Contoh:
Ia mencari sesuatu.
Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri.
b)Masing-masing dan tiap-tiap
Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak akan sama pemakaiannya. Kata masing-masing tidak diikuti kata benda, sedangkan kata tiap-tiap harus diikuti kata benda.
Contoh:
Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
Masing-masing mengemukakan keberatannya.
c) Kata pukul dan jam
Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukan waktu, sedangkan jam menunjukan jangka waktu.
Contoh:
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00.
d) Kata dari dan daripada
Pemakaian kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.
Contoh:
Ia dapat tugas dari atasannya.
Duduk lebih baik daripada berdiri.




D. Macam dan Penggunaan Kamus
Pada umumnya, orang mengenal kamus sebagai buku yang berisi kumpulan kata beserta artinya, padahal kamus bukan hanya berisi kumpulan kata dan artinya, meskipun memang harus diakui bahwa itulah kandungan utamanya. Adapun beberapa kegunaan lain dari kamus antara lain:
a) Mencari arti kata
Banyak penterjemahnya yang mencari kata dengan langsung membuka kamus dwibahasa, padahal berdasarkan pengalaman cara itu kurang ampuh. Kita perlu mengetahui bahwa kamus dwibahasa pada umumnya adalah kamus umum sehingga isinya pun kata-kata “umum”.
Mencari kata dalam eksabahasa akan semakin terasa manfaatnya disaat kata yang dicari artinya itu memiliki banyak arti, misalnya kata expose, yang berbeda-beda maknanya dalam bidang fotografi dan bidang kedokteran misalnya.
b) Memeriksa ejaan
Pada saat menulis, menyunting, atau menterjemahkan memeriksa ejaan merupakan hal yang sangat penting. Dengan memeriksa ejaan kita dapat memastikan ejaan yang benar.
c) Memeriksa kata baku
d) Mencari padanan kata
e) Mencari kepanjangan singkatan akronim
Akronim adalah bentuk singkatan yang berupa gabunga huruf awal, gabungan suatu kata ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata dan yang ditulis serta dilafalkan sebagai kata yang wajar.
Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran terhadap akronim atau singkatan itu. Singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum dan maknanya telah mantap. Walaupun demikian, agar tidak terjadi kekeliruan kalau hendak mempergunakan bentuk akronim atau singkatan dalam suatu artikel atau makalah serta sejenis dengan itu., akronim atau singkatan itu lebih baik didahului oleh bentuk lengkapnya.




C.Bentuk-bentuk Kata (Morfologi)
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (verhaar,1996).
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kosakata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya:
tata daya serba
tata buku daya tahan serba putih
tata bahasa daya taik serba kuat
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pemungutan kata, misalnya:
Bank wisata
kredit santai
valuta nyeri
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak dapat diletakkan karena kita berhubungan dengan bahasa lain. Oleh sebab itu, pengaruh-mempengaruhi dalam hal kosakata pasti ada. Oleh sebab itu, Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di seluruh Nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita diperlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan
Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan.


Bentuk-bentuk serapan itu ada empat macam:
1. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu adalah:
bank,
opname, dan
golf
2. Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu adalah:
subject subjek,
apotheek apotek,
standard standar, dan
3. Kita menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia.Yang tergolong ke dalam bentuk ini adalah:
meet the pers jumpa pers, up to date mutskhir,
starting point titik tolak,
4. Kita mengambil istilah yang tepat seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Yang termasuk golongan ini adalah:
de facto,
Status quo,
cum laude, dan
ad hoc.

Dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran.
a)Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari.
Misalnya: nongkrong
Raun
Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
Contoh:
lugas kelola
heboh pamrih
b)Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh:
tunanetra buta
tunarungu tuli
tunawicara bisu
c)Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat.
Contoh:
Konon puspa
Laskar didaulat

Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, seksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan.
Salain dari dua pembentukan kata di atas, ada bentuk kata-kata lain yang tidak kalah pentingnya. Diantaranya:
1)Kata abstrak dan konkret
Adalah kata-kata yang mempunyai referen berupa konsep. Sedangkan kata kongkrit mempunyai referen berupa objek yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap oleh pancaindra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan, dan perdamaian.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
2)Kata umum dan khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya dan makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Yang termasuk ke dalam kata khusus adalah nama diri, nama-nama geografi, dan kata-kata seperti untuk peraba, halus, kasar, lembut, untuk pengecap manis, asam, dan pedas.
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tawas, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, dan sebagainya. Dalam hal ini, kita yang acuannya lebih luas disebut kata umum,seperti ikan, sedangkan acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, sepat.
Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generik (umum) dan spesifik (khusus).
3)Kata popular dan kajian
Adalah kata-kata yang dipergunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi sehari-hari dikalangan semua lapisan masyarakat.
Contoh: besar, kecil, waktu, harga, batu. Sedangkan kata kajian adalah kelompok kata yang hanya dikenal dan dipergunakan secara terbatas dalam kesempatan-kesempatan tertentu.
Kata-kata ini adalah kata-kata yang dipergunakan oleh para ilmuwan dalam makalah atau perbincangan ilmiah. Biasanya kata-kata jenis ini merupakan kata serapan atau kata asing.
Contoh: makro, transfer, minor, momentum, faktor, dan sebagainya.
4)Jargon
Adalah kata-kata teknis yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu.
5) Kata serapan dan kata asing
Dalam memenuhi kebutuhan pengungkapan konsep-konsep ilmiah, banyak istilah bahasa asing ataupun daerah yang diindonesiakan. Dalam kenyataan, masih banyak ilmuwan ataupun mahasiswa yang keliru menulis istilah tersebut. Seperti istilah standar diindonesiakan dari kata standard, istilah standardisasi diindonesiakan dari kata standardization. Jadi, kata standardisasi tidak dibentuk dari kata standar dalam bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, bentuk standarisasi salah.
Istilah yang diambil dari bahasa asing dapat berupa bentuk dasar maupun akar ataupun bentuk devirasinya. Pada prinsipnya diambil bentuk tunggal (singular), kecuali kalau konteksnya condong bentuk jamak (plural). Dalam memilih bentuk di atas perlu mempertimbangkan:
a.konteks situasi dan ikatan kalimat,
b.kemudahan belajar bahasa, dan
c.kepraktisan.

Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan k